The Lost and Love [FILE 6]

By : Vi 

Cast : Oh Sehun (EXO), Im Nayoung (OC)

Genre : Marriage Life, Romance, Angst

Length : Chaptered

Rating : PG-17

Disclaimer : I own the plot and the stories. This story is purely mine, I created it myself from my own wild imagination. Cast besides OC(s) belongs to God and their relatives. I might have posted this story on another blog. Last but not least, please don’t be plagiators and siders! Thank you for your concern.

WARNING FOR TYPOS!

Previous

FILE 1 // FILE 2// FILE 3 // FILE 4 // FILE 5

also posted on here

.

.

.

.

.

Seminggu kemudian desas-desus mengenai pernikahan Sehun dan Nayoung sudah menyebar luas di seantero kantor. Hingga petugas bersih-bersih pun mengetahui perihal itu. Hal ini membuat Nayoung mendapat seribu satu pertanyaan dari Hyesoo dan berakhir dengan Hyesoo yang terkejut bukan main dengan kebenaran rumor itu.

Bahkan Nayoung masih mendengar beberapa karyawan berbisik-bisik secara terang-terangan di depannya. Sebagian besar karyawan wanita yang agaknya sedikit tidak rela kalau direktur mereka akan segera melepas status lajangnya.

Oh, dan jangan lupakan bagaimana reaksi Ibu Nayoung saat anak gadis satu-satunya membertiahu kalau dirinya akan segera menikah. Bayangkan saja, anaknya yang awalnya pamit (atau kabur secara teknis) untuk bekerja di Seoul, malah berujung dengan menikah secepat ini. Awalnya Nyonya Im sudah menduga yang tidak-tidak tentang Nayoung yang mungkin saja terlibat masalah dengan one night stand dan berakhir dengan menikah. Namun Nayoung berusaha keras meyakinkan ibunya kalau mereka menikah bukan atas dasar kecelakaan atau apa pun.

Mengenai Sehun, pria itu sudah meminta restu kepada Ibu Nayoung dan mereka sudah bertemu secara langsung. Jadi, masalah dengan Ibu Nayoung sudah bisa dicoret dari daftar masalah-masalah Nayoung.

Dan di sinilah sekarang Nayoung berada, berjuang mati-matian untuk memasukkan tubuhny ke dalam gaun-gaun pengantin yang akan dikenakannya bulan depan. Sehun memutuskan untuk menikahi Nayoung bulan depan karena ayahnya terlalu sering mendesaknya dan membuat konsentrasi Sehun dalam bekerja sedikit pecah.

Nayoung menahan nafasnya sambil memegang erat-erat dua tiang besi di depannya. Dalam hati berdoa semoga salah satu saja dari gaun-gaun itu bisa muat di tubuhnya. Retsleting gaun berjalan naik dengan mulus hingga terkancing sempurna menutup tubuhnya. Membuatnya bisa bernapas sedikit lega. Hanya satu rintangan terakhir paling mematikan yang harus ia hadapi sekarang.

Oh Sehun

“Bagaimana?” tanya Nayoung pada Sehun yang sedang duduk di sofa persis di depan ruang ganti. Pria sialan itu hanya duduk dari tadi dan mengatakan kalau semua gaun yang Nayoung coba tidak ada yang cocok. Dia hanya belum merasakan penderitaan dan siksaan duniawi yang dinamakan mencoba gaun pengantin.

Awas saja

“Bagian dadamu terlalu terbuka. Aku tidak suka milikku diumbar ke orang lain.” Perkataan Sehun sukses membuat Nayoung bersemu merah. Secara teknis memang Nayoung akan menjadi istri Sehun sebentar lagi, dan apa yang Sehun katakan tidak ilegal. Namun apa pria itu harus secara ternag-terangan mengatakannya di depan penjaga butik yang membantunya ganti baju? Nayoung hanya menggerutu kesal namun kembali masuk ke ruang ganti tanpa protes dengan langkah sedikit dihentak.

Sang penjaga butik juga terlihat kelelahan karena gaun tadi adalah gaun ke sepuluh Nayoung sejauh ini. Dan Nayoung tidak berencana untuk menambah angkanya. Akhirnya penjaga butik itu, Minji, menyodorkan gaun dengan potongan simpel dengan bagian pundak terbuka dan hiasan yang tidak terlalu berlebihan.

Gaun itu melekat pas pada tubuh Nayoung. Menonjolkan lekuk tubuh Nayoung pada bagian yang seharusnya dan tidak terlihat berlebihan. Minji memasangkan tudung yang datang bersamaan dengan gaun tersebut sebagai sentuhan akhir. Nayoung harap Sehun tidak menolak yang satu ini karena dirinya benar-benar menyukai gaun ini. Dengan gugup ia berjalan keluar. Jemari kedua tagannya saling memilin ketika ia memberanikan diri lalu bertanya, “Bagaimana menurutmu?”

Selama beberapa saat, Nayoung tidak mendengar apa pun dari Sehun. Dan ketika Nayoung mendongak, ia menyesal, karena menemukan manik Sehun sedang menatapnya lekat-lekat. Memandanginya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ia sudah menguatkan jiwa dan raga kalau-kalau Sehun juga menolak gaun ini.

“Indah…sangat indah,” gumamnya, “Kami ambil yang ini saja.” Sehun langsung menutup koran di tangannya dan berdiri dari sofa. Sembari Sehun beranjak pergi, Nayoung hanya bisa bernapas dengan lega karena Sehun juga menyukai gaun ini.

****

Semuanya terasa begitu cepat. Kini Nayoung hanya bisa duduk dengan perasaan gugup. Ujung jarinya sedikit gemetar sambil memilin ujung gaunnya. Berharap cemas seraya memandangi pantulan wajahnya di permukaan cermin. Setelah sentuhan akhir diberikan oleh perias, sang perias mengemas barang-barangnya lalu pamit dan beranjak keluar dari ruang tunggu pengantin yang ditempati Nayoung.

Apa yang kulakukan ini sudah benar?

Membantu Ibu bukanlah hal yang salah.

Tapi mengingkari janjiku pada Tuhan dan agama bukaknlah hal yang benar.

Sebelum keringat dingin mulai meluncur membasahi wajahnya dan merusak riasannya, ketukan pintu membuyarkan pikiran-pikirannya. Pria itu berdiri di sana dengan setelan jas yang membuatnya terlihat sangat tampan, bahkan dengan wajah arogannya. Rambutnya ditata rapi dengan sedikit gel. Membuat rahangnya terlihat semakin tegas dan memperdalam iris coklat miliknya.

Ia menutup pintu lalu berjalan ke arah Nayoung. Kemudian duduk di kursi kosong di sebelah gadis itu. Ya ampun, apakah Sehun tidak tahu, kalau dengan jarak seperti ini membuat Nayoung bisa terkena serangan jantung?

“Kau…siap?” tanya Sehun hati-hati.

“Tidak.”

“Aku juga.”

Terjadi jeda setelah itu, sebelum akhirnya kesunyian dipecahkan oleh pertanyaan yang menjadi kuriositas terbesar Nayoung. “Apakah kita akan bercerai setelah beberapa waktu?” Sehun justru membalasnya dengan tatapan tajam yang membuat tengkuk Nayoung sedikit merinding. Ia hanya menatapnya begitu lekat-lekat sebelum akhirnya berujar, “Apa kau kira pernikahan adalah hal main-main?”

“Tidak—bukan itu maksudku—”

“Aku hanya tidak mau ayahku berpikir yang tidak-tidak jika nanti kita bercerai.”

Itu adalah kata-kata terakhir Sehun, sebelum pria itu pergi meninggalkan ruang tunggu Nayoung. Sepertinya, Nayoung akan benar-benar terjebak untuk selamanya bersama pria itu. Pria yang bahkan tidak ia kenal dengan jelas, apalagi ia cintai.

****

Prosesi pernikahan dihadiri sekitar seribu orang, termasuk Ibu Nayoung sendiri. Wajah wanita paruh baya itu tidak bisa berhenti menunjukkan raut bahagia untuk anaknya.

Andai saja Ibunya tahu…

Pernikahan mereka dihadiri mulai dari kolega-kolega bisnis hingga tadi jika Nayoung tidak salah lihat, dirinya melihat beberapa artis papan atas juga turut andil dalam pernikahannya. Ya, perusahaan milik keluarga Sehun memang sehebat dan sebesar itu.

Nayoung masih bisa ingat dengan jelas saat tadi Sehun dan dirinya sendiri berkata, “Aku bersedia.” Ia tahu, kalau setelah itu, tidak ada lagi jalan mundur. Ia telah merelakan kebebasannya pada detik itu juga dengan ribuan pasang mata yang menyaksikan mereka. Ia telah menjadi istri sah Sehun.

Riuh tepuk tangan para undangan menggelegar saat Sehun mencium Nayoung di depan altar. Nayoung tidak akan bisa lupa bagaimana Sehun menciumnya. Saat di mana Sehun menyingkap tudung yang ia kenakan dan mulai bergerak mendekatkan wajahnya. Lalu secepat ciuman itu datang, secepat itu pula ciuman itu pergi. Ciuman yang tidak pernah Nayoung bayangkan sebelumnya. Terlalu dingin dan…canggung. Seumur hidupnya, Nayoung tidak pernah dicium dengan perasaan seperti itu. Ia tahu bahwa dirinya tidak bisa berharap banyak. Toh, Sehun juga terlihat tidak terlalu menyukainya, begitu pun sebaliknya.

Sehun nampaknya sudah terbiasa mengadakan pesta seperti ini. Buktinya, pria itu masih terlihat betah berdiri untuk menyambut beberapa tamu yang datang ke meja mereka saat ini. Sementara Nayoung mulai kepayahan menanggapi berbagai pujian yang dilayangkan para undangan yang menyapanya. Ia tahu mereka hanya berbasa-basi belaka karena sekarang, dirinya telah menyandang gelar sebagai istri seorang Oh Sehun.

Ternyata, resepsi pernikahan jauh lebih melelahkan dari apa yang dibayangkan Nayoung.

Musik klasik mengalun memenuhi seluruh penjuru ruangan. Hanya menambah rasa kantuk Nayoung yang sudah hampir membuatnya terlelap di meja resepsi. Dan sepertinya, Nayoung perlu berterima kasih pada siapapun yang saat itu menepuk pundaknya dan membatalkan acara tidur di meja miliknya. Ia berbalik dan mendapati Sehun sedang memandangnya.

Pria itu mencondongkan tubuhnya ke sisi kepala Nayoung lalu berbisik, “Kita belum melakukan dansa pertama.” Nayoung hampir saja mengeluh pada Sehun saat mendengarnya. Apa Sehun tidak tahu kalau mungkin sehabis resepsi selesai, kakinya bisa-bisa diamputasi?

Nayoung hanya bisa pasrah dan menerima uluran tanagn Sehun yang menggiringnya menuju lantai dansa. Sehun menaruh sebelah tangannya di piingang Nayoung dan yang satu lagi menggenggam tangan gadis itu. Sementara Nayoung menyandarkan tangan kanannya pada pundak Sehun.

Jarak mereka sekarang tidak lebih dari tiga puluh centimeter. Dari jarak seperti itu, Nayoung menyadari kalau Sehun memiliki sepasang mata coklat yang indah. Alis pria itu juga hanya menambah kesan yang mempertajam kedua maniknya. Hanya membuat tatapannya semakin mengintimidasi di mata Nayoung. Dan itu bukanlah hal bagus, sekedar informasi.

“Apa yang kau lihat?” tanya Sehun tiba-tiba.

“Matamu…mereka indah.” Sehun hanya tersenyum miring saat Nayoung menjawabnya. Gadis itu sendiri juga sepertinya tidak sadar dengan apa yang baru saja diucapkannya karena tidak buru-buru meralatnya. Dan setelah sadar, rasanya menjahit mulut bukanlah opsi yang buruk bagi Nayoung.

****

Resepsi berakhir dengan baik, tapi tidak begitu baik bagi kedua kaki Nayoung. Kakinya lecet karena terlalu lama memakai heels. Berdiri berjam-jam juga tidak membantu sama sekali. Mereka—Sehun dan Nayoung—langsung pulang dengan mobil yang sudah disiapkan. Sehun yang mengemudi hanya diam mulai dari menghidupkan mesin mobil hingga sekarang, sampai akhirnya Sehun sadar kalau Nayoung dari tadi sibuk memijat pergelangan kakinya sendiri.

“Kenapa dengan kakimu?” Nayoung tersentak. Gadis itu sontak menoleh ke arah Sehun yang fokusnya masih saja terletak pada jalan di depannya.

“Tidak apa-apa. Mungkin hanya sedikit terkilir.”

“Namanya tidak baik-baik saja, bodoh.”

“Kau menyebalkan.”

Nayoung mendengus kesal. Ia kira, walau hanya untuk sepersekian detik, Sehun peduli padanya. Namun sepertinya, ia berharap terlalu banyak. Bukan berharap untuk dipedulikan, tapi setidaknya Sehun tidak perlu menjadi orang brengsek.

Sehun memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah. Alis Nayoung bertautan dan dahinya mengkerut. “Kita di rumah siapa?” tanya Nayoung sebelum turun dari mobil.

“Rumahku. Dan kita akan tinggal di sini mulai sekarang.”

“Memangnya, apartemenmu kenapa?”

“Mengenai apartemen, hanya kau dan aku yang tahu letaknya. Dan kau tidak berencana membeberkan alamatnya.”

“Kenapa tidak?”

“Kau terlalu banyak bertanya,” ujar Sehun sebelum akhirnya turun dari mobil dan meninggalkan Nayoung sendirian yang berjuang sendiri untuk berjalan sambil menyeret gaunnya yang sudah ia ganti dengan gaun yang jauh lebih simpel. Pria satu itu memang benar-benar menyebalkan.

Begitu Nayoung masuk ke dalam rumah, ia sadar kalau ukuran rumah ini terlalu besar untuk ditinggali hanya oleh dua orang. Gadis itu menebak kalau setidaknya ada lima kamar tidur di dalam rumah ini. Rumah itu didominasi desain modern dengan warna hitam dan putih. Nayoung sampai lupa dengan pergelangan kakinya saat mulai mengagumi desain rumah Sehun. Dan itu semua lagi-lagi dirusak oleh bariton milik pria itu.

“Kamar ada di lantai dua. Paling ujung kanan dari tangga,” kata Sehun saat memindahkan koper bawaan mereka yang terakhir ke dalam rumah. Nayoung tidak menjawab dan langsung menanggapi kata-kata Sehun seperti mantra sihir karena kakinya benar-benar sudah tidak bisa berkompromi lagi.

Ia menaiki tangga dan berjalan ke arah kamar yang dimaksud. Tangannya meraih kenop pintu dan menekannya lalu mendorong pintu di depannya hingga membuka sempurna. Kasur dengan seprai putih poloslah yang menyambut hangat kedatangannya. Terdapat pintu geser dengan balkon di sebelah kanan ranjang kamar itu. Lampu tidur dipasang di kanan dan kiri sisi ranjang, menempel pada dinding di atas nakas.

Nayoung ingin segera membersihkan diri. Dan membayangkan bagaimana nikmatnya air hangat menyentuh kulitnya, membuat gadis itu semakin tidak sabar. Sebelum masuk ke kamar mandi, ia baru menyadari kalau tidak ada lemari di dalam kamar ini. Padahal, semua perabot di dalam rumah ini sudah lengkap. Saat mencoba untuk membuka salah satu pintu, ternyata di dalamnya terdapat walk in closet lengkap dengan isinya. Termasuk dengan pakaian yang ia duga miliknya dan milik Sehun.

Gadis itu menyambar sepasang setel pakaian yang dikira nyaman lalu langsung melesat ke kamar mandi. Nayoung mengerang nikmat saat air hangat mulai mengucuri tubuhnya. Dirinya merasa kalau untuk sesaat, beban hidupnya hilang. Dirinya bisa bernafas dengan sedikit lega sekarang karena mengetahui ibunya akan baik-baik saja. Apalagi Sehun dengan baik hati memberikan restoran kecil di Busan sebagai modal ibunya untuk usaha.

Tadi Nayoung sempat memaksa ibunya untuk menginap bersama mereka karena Sehun dan Nayoung juga tidak akan melakukan apa pun malam ini yang seharusnya dilakukan oleh pengantin baru. Namun ibunya menolak dan memilih untuk langsung kembali ke Busan.

Setelah selesai dengan mandi air hangat, Nayoung keluar dengan pakaian lengkap dan rambut basah dengan air yang masih sedikit menetes di ujung-ujungnya. Matanya menangkap sosok Sehun yang sedang berbaring di atas ranjang dengan mata terpejam dan kedua tangan yang menjadi alas di bawah kepalanya.

“Aku sudah selesai kalau kau ingin pakai kamar mandinya,” seloroh si gadis. Sehun tidak menjawab. Ia hanya membuka matanya, lalu berjalan ke dalam walk in closet untuk mengambil setelan pakaian miliknya dan masuk ke dalam kamar mandi. Gadis itu bergumam sebal sambil lalu beranjak duduk di sisi ranjang yang menghadap ke balkon.

Ia memutuskan untuk berbaring karena rupanya godaan selimut dan bantal lebih besar dari yang ia kira. Tubuhnya benar-benar butuh istirahat sekarang. Nayoung memiringkan tubuhnya dan memilih untuk tidur menghadap ke balkon dengan pemandangan langit malam dibalik pintu kaca geser itu. Ia tidak tahu apa yang salah dengan dirinya, tapi kedua matanya tidak mau terpejam. Padahal tadi rasanya Nayoung bisa terlelap kapan saja. Situasinya kelopak matanya sekarang ibarat ‘hidup segan mati tak mau’. Dipejamkan tidak mau tapi untuk dibuka juga sulit.

Saat dirinya berusaha untuk tidur, tiba-tiba kasur sedikit bergoyang. Membuat Nayoung spontan menoleh ke belakang dan mendapati Sehun sudah berbaring di sebelahnya lengkap memakai celana training abu-abu dan kaus putih polos. Dirinya baru hendak protes ketika Sehun terlebih dahulu menginterupsinya. Tipikal Oh Sehun.

“Aku tidak akan macam-macam. Sebaiknya kau tidur saja, besok kita harus kembali bekerja,” ujar Sehun lalu balik memunggungi Nayoung dan langsung jatuh terlelap. Nayoung melupakan fakta kalau besok dirinya harus langsung kembali bekerja. Mungkin pengantin baru pada umumnya akan pergi berbulan madu atau paling tidak berlibur setelah menikah. Namun itu memang agaknya tidak berlaku bagi mereka berdua. Walau Sehun adalah direktur perusahaan dan sejatinya bisa meliburkan diri kapan saja (karena itu perusahan milik keluarganya), tapi masalahnya mereka bukanlah pengantin baru pada umumnya.

Nayoung kembali berbalik dan balas memunggungi Sehun. Tidak butuh waktu lama setelahnya bagi dirinya untuk terlelap.

TBC

A/N :

Hello! ^^ long time no see, my dear readers. Sebulan ga main blog berasa dua tahun hiatus. Walaupun aku ga yakin apa cerita ini masih ada yang baca atau ga, tapi aku cuma berusaha buat jadi author bertanggung jawab yang menyelesaikan karyanya. So, please enjoy ^^

Best regards,

Vi

17 thoughts on “The Lost and Love [FILE 6]

  1. Ahh,akhirnya nikah. Akhirnya dilanjut. Hehehe. Sehun masih dingin aja ih,nayoung udh jadi istrinya juga,setidaknya bersikap lembut sedikit gitu. Wkwk, ditunggu kelanjutannya. Keep writing and fighting!!

    Liked by 1 person

  2. Wahhh sama vi sebulan gak baca berasa bertahun2, yeay akhirny update jg..

    Gak kebayang kelanjutan pernikahan mrk..mudah2an makin romantis, tapi sehun mah ud tau nayoung kesakitan bukanny digendong kek pas msuk kerumah.. dasar gak pekaa~ wkwkw

    Liked by 1 person

  3. Cepet banget nikahnya. Semoga aja hubungan keduanya bisa lebih mencair 😀
    Dasar gila kerja, baru jadi pengantin baru eh udah nyuruh masuk kerja lagi. Kapan mereka bisa deketnya? 😦

    Like

Leave a comment