The Lost and Love [FILE 3]

By : Vi 

Cast : Oh Sehun (EXO), Im Nayoung (OC)

Genre : Marriage Life, Romance, Angst

Length : Chaptered

Rating : PG-17

Disclaimer : I own the plot and the stories. This story is purely mine, I created it myself from my own wild imagination. Cast besides OC(s) belongs to God and their relatives. I might have posted this story on another blog. Last but not least, please don’t be plagiators and siders! Thank you for your concern.

WARNING FOR TYPOS!

Previous

FILE 1 // FILE 2

.

.

.

.

.

Hyesoo menatap Nayoung tak percaya. “Aku tidak tahu kau ini bodoh atau terlalu polos, tapi aku tidak akan berbicara dengan orang acak yang mengajakku ngobrol tiba-tiba.” Hyesoo benar-benar tidak berpikir kalau sahabatnya akan menjadi sebodoh itu setelah lulus dari SMA. Ia bahkan tak yakin kalau Nayoung ini masuk kategori bodoh atau dungu.

Ya, aku terlalu terbawa suasana waktu itu,” bela Nayoung dengan mulut penuh makanan. Tidak lama Setelah Nayoung datang tadi, ia merengek persis seperti anak berumur lima tahun pada Hyesoo kalau perutnya bergemuruh hebat dan merasa dirinya bisa mati kapan saja jika tidak makan secepatnya.

Ya! Telan dulu makananmu. Kau ini jorok sekali, pantas saja tidak ada pria yang mau dekat-dekat denganmu.” Nayoung melirik sinis pada Hyesoo lalu mencibir pelan, nyaris seperti bisikan. Walau begitu, ia tetap saja lanjut mengisi perutnya.

“Aaaaah, aku kenyang sekali,” komentar Nayoung sambil menepuk-nepuk perutnya seraya menghembuskan berat nafasnya, “terima kasih, Hyesoo-ya. Kau adalah sahabatku yang paliiing cantik.”

Hyesoo memutar bola matanya. “Memang kau punya sahabat lain selain aku?” Gadis di hadapannya—Nayoung—hanya menyunggingkan cengiran seakan dirinya adalah anak paling tidak berdosa di dunia ini.

“Omong-omong, apa yang terjadi dengan pria itu?”

“Dia menawariku pekerjaan.”

“Lalu?”

“Yang ternyata adalah pekerjaan bertema ‘melayani malam panas bersama pria berhidung belang’.”

“APA?!”

Suara Hyesoo menggelegar memenuhi seisi rumah makan. Orang-orang menatap mereka bingung, mungkin sebagian karena kaget. Gadis di hadapan Hyesoo juga mecondongkan tubuhnya ke belakang dengan hidung yang dikerutkan karena teriakan Hyesoo. Hyesoo tidak peduli, ia malah mencondongkan tubuhnya semakin dekat ke arah Nayoung.

“Maksudmu mereka berencana menjadikanmu pelacur?” Gadis Im itu mengedikkan bahunya santai lalu berujar, “Ya, begitulah.” Hyesoo kembali geleng-geleng untuk yang kesekian kalinya.

Lalu Hyesoo menyadari sesuatu. “Kau tidak membawa barang bawaan?”

“Aku tidak sengaja meninggalkannya saat berusaha kabur dari tempat hina itu.”

Nayoung memutuskan untuk tidak menceritakan kejadian tadi pagi. Nanti dirinya bisa dikira diperlakukan yang tidak-tidak oleh pria tadi. Siapa namanya sekali lagi? Shifu, Sewun, Ohsun, ah siapalah itu, Nayoung lupa.

Hyesoo geleng-geleng lalu merosot di kursinya. Otaknya berhenti bekerja untuk beberapa waktu, lalu buru-buru mengamati jam tangannya. Waktu melayang begitu cepat saat mendengar Nayoung mendongeng tadi. Kantor tempatnya bekerja memang tidak begitu membataskan ruang gerak para karyawan dari departemen desain seperti Hyesoo. Namun tetap disiplin dan menjunjung tinggi tanggung jawab dari para karyawannya.

“Kurasa kita harus kembali ke kantor sekarang.”

“Lalu aku bagaimana?”

“Kau menunggu di kantor saja bersamaku.”

****

Di ujung ruangan, Nayoung duduk dengan posisi yang tidak nyaman. Sebisa mungkin untuk tidak menganggu teman-teman Hyesoo yang lainnya, yang sepertinya sedang membicarakan masalah desain baru. Sementara Nayoung, gadis itu masih saja menunduk memandang sepasang sepatu kets usangnya sambil memilin ujung kemejanya.

Ketika merasakan ada yang menyentuh pundaknya, Nayoung mengangkat kepalanya. “Hei, sebentar lagi aku ada rapat. Kau tidak keberatan aku tinggal sendirian kan?”

“Di sini tidak ada pengusaha tempat prostitusi kan? Selama tidak ada, kurasa aku akan baik-baik saja.” Hyesoo terkekeh mendengar jawaban sahabatnya. Lagipula yang benar saja, memangnya ada pengusaha rumah prostitusi yang akan mengajak berinvestasi perusahaan lain dan mengatakan secara terang-terangan kalau mereka menjual kenikmatan one night stand? Bodoh.

“Aku jamin seribu persen tidak ada.”

Salah seorang rekan kerja Hyesoo memanggilnya dan mengatakan kalau mereka harus menuju ruang rapat sekarang. Gadis itu hanya menengok dan mengangguk lantas berderap mengekor rekan-rekannya yang lain. Baru sampai di ambang pintu, tiba-tiba gadis itu menoleh. “Jangan pergi ke mana-mana dan menyentuh apa pun di gedung ini. Kau akan mati jika aku tidak menemukanmu di sini selesai rapat nanti.”

“Iya, iya, Nona Shin. Aku mengerti.” Dan detik selnajutnya, pintu ruang kerja para anggota desain ditutup, menyisakan Nayoung dalam keheningan. Lima menit pertama, pantat Nayoung masih bisa diajak kompromi untuk tetap duduk. Namun lima menit berikutnya, ia sudah tidak tahan. Menunggu adalah salah satu hal yang Nayoung paling benci lakukan.

Ia tidak tahan untuk tidak bangkit dari duduknya. Memutuskan untuk berkeliling di ruangan itu. Sesekali memandang kagum miniatur-miniatur apartemen dan contoh rumah yang akan dibangun berjejer menjadi sebuah real estate mewah.

Nayoung pikir, jalan-jalan keliling gedung bukanlah hal yang menimbulkan dosa. Dan ia merasa cukup percaya diri kalau dirinya tidak akan tersesat dalam gedung ini. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk melangkah keluar.

Sejenak Nayoung melirik kanan lalu kiri. Ke kanan hanya jalan buntu yang berujung pada tangga darurat dan lift. Jadi Nayoung memutuskan untuk mengambil araa kiri dan menyusuri koridor.

****

Sepertinya ia sudah mengelilingi seisi kantor. Mulai dari kantin, ruang rapat yang jumlahnya Nayoung lupa ada berapa, sampai ke ruang janitor. Benar-benar tidak ada seinci ruangan pun yang tertinggal.

Ia melirik jam dinding yang bertengger di tembok seberang tempat dirinya berdiri sekarang. Kalau dirinya tidak salah ingat, berarti sekrang Hyesoo sudah rapat selama dua jam.

Dirinya penasaran Hyesoo rapat di ruang rapat yang mana. Kedua kakinya memutuskan untuk melangkah lagi. Kelewat gatal untuk tidak mengeksplorasi kantor ini lebih lanjut seperti Dora berpetualang di hutan rimba. Ya, walaupun ia yakin sudah menyinggahi setiap jengkal isi gedung ini. Kendati demikian, ia merasa penasaran dengan keberadaan sahabatnya.

Nayoung tidak menyadari kalau Hyesoo dan timnya sudah berjalan mendekat ke arahnya. Ia terus saja melangkah. Sampai dirinya terhuyung karena menabrak seseorang yang bukannya mengulurkan tangan atau setidaknya berbasa-basi dengan menanyakan keadaannya, orang itu malah bersungut ke arahnya.

“Kalau jalan lihat-lihat dong!” Nayoung tersentak dan langsung membungkuk sembilan puluh derajat sambil meminta maaf ke arah orang di depannya. Pandangannya masih saja tertunduk ke bawah.

Pria itu masih sibuk merapikan pakaiannya yang bahkan tidak kusut sama sekali. Demi biksu paling suci di dunia ini, jas itu bahkan terlihat baik-baik saja. Dan sekon selanjutnya, ketika kedua manik mereka bersiborok, kedua mata mereka melebar.

“Kau!”

“Kau!”

Keduanya berseru bersamaan.

“Kau pria mesum yang menculikku, kan?!”

“Enak saja! Jaga bicaramu!”

Tatapan mereka beradu pada duel yang sepertinya akan melubangi salah satu kepala mereka kalau tidak dihentikan. Oh ya Tuhan, Nayoung tidak percaya ini. Pria mesum tadi pagi ternyata bekerja di sini juga. Nayoung sebaiknya kabur sebelum pria itu melakukan hal yang tidak-tidak di kantor ini. Semnetara kepalanya berkecamuk dengan segala akal briliannya, semua tatapan orang di sekitarnya memusat pada mereka.

Pria yang Nayoung ingat bernama siapa tadi? Ah lupakan. Pria itu dengan gerakan canggung membenarkan jasnya (lagi) yang benar-benar akan Nayoung setrika dengan tubuh pria itu sebagai alasnya jika ia merapikannya sekali lagi. Entah kenapa terlihat begitu menyebalkan di mata Nayoung saat pria itu dengan wajah arogannya merapikan jas yang melekat pada tubuhnya itu.

“Apa yang kalian lihat?!” bentaknya sambil lalu dengan langkah lebar-lebar meninggalkan semua pasang mata yang daritadi menatapnya dan Nayoung.

Seorang perempuan terlihat juga mengikutinya dan dengan susah payah berusaha mengimbangi langkahnya dengan pria itu. Kini semua tatapan beralih pada Nayoung. Gadis itu hanya bisa mengerutkan dahi dan menautkan alisnya ketika ditatap seperti akan dijatuhi hukuman mati.

“Apa?” tanya Nayoung dengan nada kelewat polos sambil balik menatap mereka satu per satu.

Mereka, Hyesoo dan para rekannya, langsung menarik Nayoung ke dalam ruang kerja mereka yang berjarak tidak lebih dari sepuluh langkah. Hyesoo menutup pintu dengan sangat dramatis. Kau tahu? Dengan kedua lengan merentang lebar di daun pintu yang telah tertutup sambil menghembus nafas berat lalu berbalik perlahan menatap Nayoung dengan tatapan yang lebih mengerikan dari death glare seorang Do Kyungsoo.

“Kau sudah gila, ya?” adalah ucapan pertama yang lolos dari kedua bibir Nayoung. Rekan kerjanya masih sibuk mengelilingi Nayoung yang ia rasa sepertinya akan mengulitinya hidup-hidup sebentar lagi.

“Apa? Memang dia siapa?”

Semua orang di sekitar Nayoung berdecak kagum. Gadis di hadapan mereka sekarang ini benar-benar sesuatu.

“Kau tidak tahu dia?”

“Kau tidak  pernah baca majalah bisnis, ya?”

“Oh ya ampun, di mana kau dapat teman sepertinya, Hye? Kalau ketemu satu lagi sepertinya, aku titip satu, ya.”

Kalimat-kalimat itu langsung mendesak rungu Nayoung. Apa yang mereka bicarakan? Untuk apa dia mengenal pria mesum seperti pria tadi? Tidak ada gunanya. Wajahnya tampan, memang, tapi kelakuan? Tidak serupawan parasnya, batin Nayoung.

Hyesoo lantas menyahut, “Kalau direktur tanya, bilang aku tidak kenal dengannya.”

YA! Maksud kalian apa sebenarnya?!”

Nayoung terduduk lemas di dalam ruang kerja Hyesoo. Teman-teman Hyesoo yang lain sudah kembali sibuk dengan pekerjaannya setelah mereka menjelaskan dengan bangga siapa yang tadi siang ia marahi seperti seorang ibu yang dengan semangatnya menceritakan kata pertama ana mereka. Ia tidak sangka, pemuda semacam itu bisa menjabat sebagai direktur di perusahaan ini. Dunia sepertinya akan kiamat.

****

Sehun belum sepenuhnya tenang akibat insiden tadi. Mukanya memerah, nafasnya memburu, kedua tangannya mengepal di atas meja. Sekretarisnya yang melihat itu hanya bisa memandang heran. Dan tiba-tiba ayahnya datang di saat yang sangat tidak tepat. Membuat Sehun refleks mengangkat kepala yang tadinya ia tundukka dengan mata terpejam. Bagus, apa lagi sekarang?

“Hana, bisa tolong keluar sebentar? Aku perlu bicara dengan putraku,” ucapnya pada sekretaris Sehun dengan nada datar yang kelewat dingin. Orang mana pun yang mendengar nada itu dalam kalimat memerintah pasti akan langsung bergidik ngeri. Karena Hana masih mencintai pekerjaannya, ia pun keluar dari ruang kerja Sehun dalam sekejap.

To the point saja. Aku ingin kau segera menikah,” tuturnya tenang namun terdengar begitu mengerikan di telinga Sehun. Kedua matanya membola. Amarah yang belum sepenuhnya hilang, kini kembali tersulut. “Apa maksud Ayah?!”

“Jaga nada bicaramu, Sehun!”

Sehun terdiam sejenak namun tidak sedetik pun melepas pandangan pada ayahnya. Menatapnya penuh benci dan kemarahan. Pria tua itu tidak akan pernah sadar jika dibalik tatapan Sehun, jauh tersimpan rindu yang teramat dalam. Rindu dengan sosok Pahlawan yang duul sekali pernah singgah di kehidupan Sehun.

“Kau harus berhenti bermain-main dan mulai serius dengan hidupmu. Suka atau tidak, mau atau tidak, kau harus menikah. Segera,” lanjut ayah Sehun, “dengan siapa, aku tidak peduli. Dalam seminggu kau harus membawa calonmu ke hadapanku dan Ibumu. Jika tidak, aku terpaksa menukar jabatanmu dengan Junmyeon dan dengan berat hati akan kujadikan calon kuat penerus Sanders Group.”

Mendengar nama Junmyeon, kakak tirinya, Sehun kembali mengepalkan tangannya yang sejatinya memang tidak pernah ia longgarkan daritadi.

Tidak, dia tidak boleh kalah dari Junmyeon. Sampai kapan pun. Dirinya sudah bekerja terlalu keras untuk rela ditukar dengan jabatan Junmyeon selaku wakil direktur. Memang tidak beda jauh, tapi bagi Sehun, berada di atas Junmyeon adalah segalanya. Dirinya tidak pernah kalah dan tidak berencana untuk merasakan kekalahan.

“Kenapa aku harus menikah dan Junmyeon tidak?”

“Apa kau pernah melihat koran atau media masa memberitakan berita tidak sedap tentang Junmyeon?”

“Bukan berarti tidak ada bangkai di belakangnya.”

“Sehun, enough!

Yang Sehun ketahui selanjutnya, adalah ayahnya yang sudah meninggalkan ruangannya dengan debaman pintu yang cukup menggelegar. Jemarinya berlari ke surai hitam miliknya dengan sedikit menjambak lantaran kelewat jengah dengan hidupnya. Mengapa dirinya harus menjalani hidup seperti ini? Semuanya terasa sangat tidak adil bagi Sehun sekarang.

****

Dentuman musik, hingar-bingar duniawi yang memuakkan, tawa gadis jalang yang bersolek kelewat menor itu sekarang menjadi musik yang seolah benar-benar mengejek jalan hidup seorang Oh Sehun. Sehun memilih untuk menatap kosong ke arah gelas di tangannya. Isinya masih oenuh dan Sehun masih belum berminat untuk menyentuhkan bibirnya di ujung gelas.

Man, I’m sorry to hear that,” ucap seseorang yang ingin terlihat simpati namun malah terdengar seperti mengejek di telinga Sehun. Atau memang mengejek. Sehun bahkan tidak menatap Chanyeol sama sekali sewaktu berkata, “You say one more word and I swear, I’ll rip the head out of your precious rilakkuma.

“Dan kau,” Sehun menuding Jongin, “awas sampai kau mengatakan apa pun tentang nasibku. Aku tidak butuh dikasihani.”

Eyy, aku kan hanya bercanda, sobat,” timpal Chanyeol sembari berharap koleksi rilakkumanya akan baik-baik saja setelah ini. Sehun tidak mengerti dengan Chanyeol, bertubuh tinggi tegap dengan wajah yang ya, lumayan, tapi koleksinya benar-benar tidak masuk akal. Setidaknya mengoleksi yang lebih jantan, seperti doraemon misalnya. Ah tidak, itu juga sama buruknya. Tapi itu bukan intinya sekarang.

“Hanya kau yang disuruh menikah? Junmyeon tidak?” Sehun tertawa sumbang mendengar pertanyaan Jongin.

“Katanya karena dia tidak pernah tersandung skandal. Orang itu belum tahu saja kelakuan asli si Serigala Berbulu Domba. Junmyeon hanya beruntung ketika meniduri perempuan-perempuan di luar sana dan tidak ketahuan.”

Wow, what a nice stepbro you have.”

Sehun mendengus sambil tersenyum miring mendengar sindiran Chanyeol. Sehun tidak lagi minat dengan minuman di depannya ataupun dengan gadis yang sedang menari meliuk-liuk dengan gerakan erotis di panggung sana.

“Aku duluan,”ujar Sehun seraya berdiri meninggalkan gelasnya yang masih penuh di atas meja bar. Chanyeol dan Jongin sebenarnya prihatin dengan nasib sahabat mereka yang satu itu. Seolah hidupnya tidak pernah berjalan mulus. Sehun sangat sering datang ke bar untuk minum-minum hiingga mabuk dan puncaknya pada skandal tempo hari, tapi tidak pernah menyentuh wanita-wanita bar di sana sedikit pun.

****

Sehun baru saja melangkah ke arah mobil ketika takdir kembali bermain-main dengannya. Ia menemukan gadis yang menuduh malaikat penolong seperti dirinya sebagai pria cabul, sedang duduk berjongkok di dekat pintu mobilnya. Sepertinya gadis itu mabuk karena mulai menggumamkan mantra-mantra sihir yang tidak jelas.

Sebenarnya Sehun malas, sangat malah, untuk kembali berurusan dengan gadis yang dompetnya masih berada padanya itu. Namun meninggalkan seorang gadis mabuk yang kemarin hampir diperkosa sendirian di pinggir jalan, depan klub malam pula, pada waktu nyaris tengah malam, sangat bukan gayanya. Bagaimana pun, Sehun ini masih seorang laki-laki gentle.

Hey, kau baik-baik saja?” tanya Sehun takut-takut sambil menepuk bahu kiri milik sang gadis yang ia ingat bernama Nayoung. Gadis itu lantas mendongak dan menatapnya dengan mata tidak fokus. Lalu sedetik kemudian dahi Nayoung berkerut.

“Kau!” Nayoung langsung berdiri sambil mengacungkan telunjuknya tepat di depan hidung Sehun, “dasar pria cabul!” Sehun memiringkan kepalanya. Gadis ini sepertinya benar-benar mabuk berat. Tapi Sehun malah menunggu apa yang gadis itu akan katakan selanjutnya.

“Tolong aku! Ada pria cabul di—MPPH!” Ucapan Nayoung terputus saat Sehun membekap multnya dan langsung menyeretnya ke mobil. Apa-apaan gadis itu? Untung jalanan sedang sepi tadi, kalau tidak besok akan muncul headline news yang Sehun yakin bisa membuat ayahnya kembali naik darah, seperti “Penerus Cabul Sanders Group”.

“Kau itu bisa diam tidak, sih?!”

Hey, kau! Ya, kau, si pria cabul. Ayo kita bro fist.” Sehun hanya mengkerutkan dahinya dan tidak merespon. Hanya berdoa semoga saja setelah ini Nayoung tidak tiba-tiba menari telanjang di hadapannya.

“Kau tidak bisa? Cih, payah. Kau kurang gaul, sobat,” ujar Nayoung disela-sela kesadarannya. Sehun malah balik bertanya, “Di mana rumahmu?” Hening dan tidak ada jawaban. Sehun menoleh dan malah mendapati gadis di sampingnya sedang mendengkur sambil meringkuk ke arah jendela. Sekarang Sehun menyesali keputusannya. Ia tidak punya pilihan lain selain membawa Nayoung (lagi) ke apartemennya. Tidak mungkin kan, Sehun membawa seorang gadis mabuk ke hotel? Sama saja dengan bunuh diri. Apalagi dengan sorot kamera para wartawan yang belum sepenuhnya hilang dari hidupnya.

****

Sehun buru-buru meletakkan Nayoung di sofanya. Sebaik-baiknya Sehunn, ia paling tidak rela kalau ranjangnya yang super higienis itu ditiduri orang asing. Apalagi orang asing yang mengatainya cabul. Hih, tidak sudi.

Susah payah Sehun membawa tubuh Nayoung yang bisa limbung dan ambruk kapan saja. Untung Nayoung tidak mengoceh apa pun selama di lift tadi. Kalau tidak Sehun mungkin sudah menaruh Nayoung di depan pintu unit orang secara acak.

Baru ketika Sehun hendak menyelimuti Nayoung, tiba-tiba gadis itu melompat dan langsung berdiri di atas sofa Sehun. Pria itu terkejut setengah mati dan merasa hidupnya sudah berkurang satu tahun terima kasih berkat Nayoung. Yang terjadi selanjutnya lebih tidak disangka Sehun dan dia hanya mampu berdiri mematung melihat tingkah Nayoung.

It’s getting ill, it’s getting sick on the floor!” Nayoung mulai menyanyikan sebaris lirik yang sepertinya lirik lagu “On The Floor” oleh Jennifer Lopez. Gadis itu mulai menari meliuk-liuk dan turun ke lantai, mulai merayap di lantai dan menggeliat aneh yang menurut Sehun lebih mirip ulat keket. Gadis itu lantas berdiri dan menarik dasi Sehun lalu berputar mengelilinya sambil kembali menyanyikan sebaris lirik lagu tadi. Sehun masih saja menikmati pertunjukan gratis di depannya tanpa bergeming. Untuk melepas stres tidak buruk.

Awalnya Sehun tidak menunjukkan reaksi berarti. Sampai Naoyung perlahan mulali membuka satu per satu kancing kemejanya sendiri.

YA! Apa yang kau lakukan?!” seru Sehun lalu buru-buru mengenggam kedua tangan gadis itu dan manjauhkannya dari jangkauan kancing kemeja. Nayoung langsung meneyentak kuat lengan Sehun dan matanya mulai berkaca-kaca. Gadis ini benar-benar mabuk parah.

“Jangan cegah aku! Aku ingin mati kedinginan!”

“Kau tidak akan mati kedinginan hanya karena tidak pakai baju, bodoh!”

Sekon selanjutnya, Nayoung malah membalas perkataan Sehun dengan tawa sumbang. Dia menatap Sehun lekat-lekat lalu kembali menudingkan telunjuknya di depan hidung pria itu. “Kau! Kau benar! Aku memang bodoh karena tidak bisa jadi anak berguna. Dasar anak bodoh,” Nayoung terduduk sambil sesenggukkan di depan kaki Sehun, “bagaimana Ibu bisa bernasib sial dan melahirkan anak sepertiku? Aku bahkan tidak bisa jadi anak yang becus. Lagipula mimpi dari mana aku sampai berharap bisa mengumpulkan uang-uang itu dalam waktu dua minggu?”

Sehun tertegun. Untuk sesaat, ia merasa hidupnya bukanlah yang paling menyedihkan di dunia ini.

Sehun akhirnya berjongkok untuk mensejajarkan posisi mereka. Dia tidak melakukan apa-apa, hanya mengamati Nayoung yang masih terisak pelan. Tiba-tiba Nayoung menatapnya.

“Kau…kau bantu aku, ya? Oke? Aku janji akan belikan sepuluh,” ucap Nayoung sambil menyodorkan ke sepuluh jarinya ke depan muka Sehun lalu menggeleng, “ah tidak. Seratus permen jeli kesukaanku dan akan kubagi denganmu.”

Alis Sehun naik sebelah. “Hanya berbagi?” Nayoung mengangguk cepat dan buru-buru menjawab, “tapi aku ambil yang bentuk beruang, kau bentuk lain selain beruang, ya?” Sehun belum sempat menjawab ketika kepala Nayoung sudah jatuh ke depan dan menempel di pundaknya.

Aish, benar-benar,” gerutu Sehun sambil lalu mengangkat tubuh kurus itu ke atas sofa. Sepertinya gadis itu sudah benar-benar kehabisan tenaga dan tertidur. Untunglah Nayoung tidak kembali beraksi dan menggeliat seperti cacing kepanasan di konter dapur Sehun. Gadis itu hanya tidur tenang dengan nafas berirama yang seritme dengan dadanya yang bergerak naik-turun.

Sehun kembali ke kamarnya. Dirinya bahkan sudah terlalu malas untuk mengganti pakaian. Terlintas di pikiran Sehun, walau hanya sebesit, tentang masalah yang gadis itu hadapi. Gadis itu tidak akan mabuk berat kalau tidak ada masalah. Alkohol pelarian yang bagus, bukan?

Dan tiba-tiba ide gila terbesit di pikiran Sehun. Ide gila yang sama sekali tidak pernah terbayang olehnya akan melintas di kepalanya.

 

TBC

A/N:

Ini memang telat sangat. Tapi “terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali.” iya kan ya? :v Mohon maaf lahir dan batin. Vi ini anaknya banyak dosa, dan emang dari oroknya udah begitu kali, ya? :v Jadi, untuk ikut memeriahkan acara maaf-maafan di bulan Ramadhan ini, aku juga ikut minta maaf. Ini tulus ikhlas deh, suer, asli, ga boong /nyengir kuda/

Semoga part ini lumayan memuaskan. Don’t forget to checkout my wattpad on here!

Best regards,

Vi

 

28 thoughts on “The Lost and Love [FILE 3]

  1. mohon maaf lahir batin juga 🙂
    itu jangan” sehun berencana mau ngajak nayoung nikah ya???
    kan sama” butuh,, sehun butuh seseorang buat dinikahinya…
    sementara nayoung butuh uang untuk melunasi hutang” ayahnya….
    nayoung berhentilah menuduh sehun pria cabul okey… ^_^
    dia yg menolongmu….sadarilah itu 🙂
    aq tunggu chapter selanjutnya kak…
    semangat ya 🙂

    Liked by 1 person

  2. Hai Vi ! AAAA lama gak ketemu. haha. Ini apa? Aku baca ngebut dan ngambil kesimpulan kalo ini keren deh. Aku suka gaya penulisanmu dan juga penggambaran karakternya. Pertahankan ya. Tapi sayang ada yang kurang .. Kenapa gak Ceye aja maincastnya. hihi

    Liked by 1 person

    • AAAAA KAK HAN AKU KANGEN T.T makasih kak huhuhu T.T tp kesimpulan macam apa itu :”v aku baru deg2an apa yg kurang di nata kak han….tauny….. :”””))) ahsudahlah :”v aku nungguin tulisan kak han jg nih 😦 ditunggu lho kak. Btw makasih banyak kak han ^^

      Liked by 1 person

  3. Aku cuma mau ucapin thanks Aja buat author karn selama aku bca ff ini blum diprotec.
    Ffmu bagus trus kok semangat terus nulisnya

    Like

Leave a comment