The Lost and Love [FILE 10]

By : Vi 

Cast : Oh Sehun (EXO), Im Nayoung (OC)

Genre : Marriage Life, Romance, Angst

Length : Chaptered

Rating : PG-17

Disclaimer : I own the plot and the stories. This story is purely mine, I created it myself from my own wild imagination. Cast besides OC(s) belongs to God and their relatives. I might have posted this story on another blog. Last but not least, please don’t be plagiators and siders! Thank you for your concern.

WARNING FOR TYPOS!

Previous

FILE 1 // FILE 2// FILE 3 // FILE 4 // FILE 5 // FILE 6 // FILE 7 // FILE 8 // FILE 9

also posted on here

.

.

.

.

.

Pasca kejadian semalam dan tadi pagi, Nayoung jadi jauh lebih irit bicara dari biasanya. Selama sarapan, Sehun beberapa kali menemukannya sedang menatap kosong dan dengan pikiran entah ke mana. Gadis itu terlihat sama sekali tidak berminat dengan beberapa potong sosis dan telur orak-arik yang tersaji di hadapannya. Ia hanya mengaduk-aduk makanannya sembari sesekali menyuap beberapa potong kecil telur ke dalam mulutnya sebagai bahan kunyahan. Gurihnya telur bahkan terasa hambar di lidahnya saat ini.

Sehun khawatir dengan Nayoung. Keadaan gadis itu jelas-jelas tidak bisa dibilang baik-baik saja. Ingin rasanya Sehun menanyakan ada apa dengan Nayoung, namun pria itu tahu kalau hal tersebut sama sekali di luar kapabilitasnya. Dan Sehun menemukan alasan lain untuk tidak menanyakannya. Hubungan mereka terlalu canggung dan dingin untuk dijadikan dasar atas pertanyaan-pertanyaan yang ingin pria itu verbalkan.

“Nayoung, kau tak apa?”

Gadis itu sedikit tersentak ketika mendengar namanya disebut. Ia menolehkan kepalanya seolah-olah baru saja tertangkap basah mencuri sebotol susu dari dalam kulkas.

Ia mengerjap beberapa kali. “Hm, aku baik-baik saja.”

Sehun ragu untuk sejenak atas apa yang akan ia utarakan, namun pada akhirnya ia tidak punya pilihan lain karena mereka akan bersama untuk waktu yang lama dan hubungan mereka tidak kunjung membaik ataupun menunjukkan perkembangan.

Pria itu menghembuskan napasnya berat lantas menatap ke dalam kedua manik Nayoung lamt-lamat. “Aku rasa kita memulai semua ini dengan salah.”

Dahi Nayoung berkerut. Alisnya bertautan. “Apa maksudmu?”

“Hubungan kita. Semuanya. Kita memulai semuanya dengan salah.”

“Tidak ada yang salah dengan hubungan kita, Sehun. Memang sudah seharusnya hubungan kita berjalan seperti ini.”

“Tapi aku tidak menginginkannya. Izinkan aku untuk memperbaiki semuanya.”

“Sehun—”

“Nayoung, just let me, please. Kita bahkan tidak bisa dibilang berteman sekarang.”

Nayoung terkekeh seolah setuju dengan perkataan Sehun. “Kau benar, tidak ada salahnya mencoba.”

Sehun mengulum senyum simpul mendengar jawaban sang istri. Untuk pertama kalinya, Nayoung melihat Sehun tersenyum tulus seperti barusan dan Nayoung bisa merasakan kalau Sehun sungguh-sungguh akan apa yang baru saja ia katakan. Akhirnya untuk pertama kali dalam hubungan pernikahan mereka, Nayoung merasa dirinya memiliki setidaknya setitik harapan untuk memperbaiki hubungannya dengan Sehun yang memang tak pernah bagus sedari awal.

****

Setelah sarapan Sehun menyuruh Nayoung untuk bersiap-siap dan gadis itu menurut tanpa banyak bertanya. Luke sudah menunggu di depan ketika Sehun dan Nayoung keluar dari villa. Pria itu tersenyum cerah menyambut dua insan yang berjalan ke arahnya. Jenis senyuman yang menular dan membuat Nayoung pada akhirnya balas tersenyum ke arah Luke.

Mobil baru saja berjalan selama lima menit ketika Sehun tba-tiba meminta Luke untuk menepikan sebentar mobil yang mereka tumpangi dan berkat itu, atensi Nayoung yang sedang mengamati arsitektur bangunan di sepanjang jalan buyar. Pria itu lalu keluar mobil sebelum Nayoung sempat mencegahnya.

Mau ke mana lagi pria itu?

Iris Nayoung mengikuti ke mana Sehun memijakkan langkahnya hingga melihat pria itu memasuki sebuah mini market di pinggir jalan. Matanya tidak beralih barang sedetik pun dari pintu tempat Sehun masuk tadi. Pikirannya sendiri sedang berdebat tentang apa saja yang mungkin seorang Oh Sehun lakukan di dalam sana.

Tidak selang berapa lama, pria itu keluar dengan sesuatu dalam genggamannya. Nayoung bahkan tidak repot-repot untuk membuat dirinya seolah tidak mengintai Sehun tadi saat pria itu masuk ke dalam mobil dan kembali duduk di sampingnya.

Tangan Sehun terulur ke arah Nayoung. “Aku dengar kalau kau makan ini, moodmu bisa jadi lebih baik,” kata Sehun sambil menyodorkan sebatang cokelat pada Nayoung. Gadis itu hanya bisa berkedip. Terlampau bingung dengan apa yang harus ia lakukan dengan Sehun yang tiba-tiba menjadi baik.

“Ada apa? Kau tidak suka cokelat?” Nayoung menggeleng. “Aku suka,” katanya lalu mengambil batangan cokelat dari tangan Sehun, “terima kasih.”

“Apa kau mabuk laut?” tanya Sehun tiba-tiba yang sangat keluar dari topik pembicaraan mereka sebelumnya.

“Tidak.”

“Bagus.”

Kening Nayoung mengerut, tapi ia memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh dan mulai membuka bungkusan cokelat yang diberikan Sehun lantas memakannya dalam diam.

****

Luke mengantar mereka hingga dermaga. Di sana yacht pribadi milik Sehun sudah menunggu. Untuk sekedar informasi, Sehun sering pergi ke sini untuk menikmati pemandangan lautnya saat waktu senggang. Jadi, Sehun memiliki yacht pribadi bukanlah sesuatu yang aneh. Apalagi kalau diingat-ingat, Sehun adalah seorang pemuda dengan jumlah harta yang tidak bisa dibilang sedikit.

“Ini…apa ini?”

Yacht milikku untuk kita berlayar hari ini.”

“Wah…uang milik orang kaya seperti kalian dihamburkan untuk hal-hal seperti ini, ya?” Sehun memutar bola matanya. “Apa maksudmu dengan orang kaya seperti kami?”

“Tidak ada,” seloroh Nayoung seolah dirinya tidak mengatakan apa-apa barusan sambil memasang cengiran tanpa dosanya pada Sehun.

Baru saja Sehun hendak melontarkan argumennya, awak kapal menghampirinya dan mengatakan kalau yacht miliknya sudah siap untuk digunakan.

Mereka masuk beriringan ke dalam dek kapal. Yang pertama Nayoung lakukan begitu sampai di dalam adalah mengagumi dan memandang sekeliling isi dek. Mulut Nayoung setengah menganga sekarang memandangi interior dek kapal pribadi milik Sehun itu. Bagian dalamnya didominasi oleh kayu yang dipelitur mengkilap sehingga membuat kesan elegan sekaligus modern menguar dari sana.

“Tutup mulutmu,” seloroh Sehun, “kamar mandi ada di ujung sana dan di kamar ada satu. Kalau kau mau istirahat, kamarnya ada di lantai dua. Di lantai paling atas ada kolam renang.”

“Ada lantai atas lagi untuk benda ini?”

“Tentu saja ada, dan semua kebutuhanmu juga sudah disiapkan di sini.”

Kepala Nayoung berputar sambil ditengokkan ke atas. Ia berusaha dengan khidmat untuk mengagumi pemandangan di hadapannya kini yang mampu membuatnya berdecak kagum. Kelakuan Nayoung persis seperti anak balita yang disodori permen kapas raksasa. Membuat Sehun mau tak mau tersenyum dibuatnya.

Gadis ini polos sekali.

“Kemarilah, akan kutunjukkan jalannya,” kata Sehun sembari memberi uluran tangan pada Nayoung yang wanita itu terima dengan ragu-ragu.

Nayoung bisa merasakan genggaman erat tangan Sehun di dalam genggamannya. Pria itu menggiring mereka ke atas. Sehun sengaja menaiki anak tangga secara perlahan; membiarkan Nayoung puas mengagumi seluruh sudut yang bisa ekor matanya temukan di dalam yacht miliknya.

Di lantai dua ada satu set kitchen isle yang didesain sedemikian rupa untuk menambah kesan mewah pada yacht pribadi Sehun ini. Pria itu terus menuntunnya hingga sampai di ruangan yang berada persis di seberang kitchen isle. Sehun menekan kenop pintunya dan mendorongnya hingga terbuka lebar.

Tanpa sadar, kaki Nayoung sudah melangkah masuk duluan; meninggalkan Sehun di belakangnya. Gadis itu lagi-lagi terperangah dengan seisi ruangan di hadapannya.

“Kau suka?” tanya Sehun yang entah sejak kapan sudah menaruh presensi di sebelah tubuh mungil Nayoung. Tanpa ditanya pun, semua orang pasti sudah bisa menebak jawaban yang akan meluncur dari kedua bibir sang gadis jika dilihat dari ekspresinya sekarang.

Nayoung berjalan perlahan di sepanjang pinggir ranjang. Tangannya mengelus permukaan kasur yang dilapisi beludru hitam. Kakinya terus berjalan hingga suara Sehun menginteupsi kegiatannya. “Em…Nayoung…Jika kau ingin istirahat, istirahatlah. Aku ada di bawah kalau kau membutuhkanku.”

“Baiklah,” balas Nayoung kikuk sebelum batang hidung Sehun menghilang dari baik pintu kamar.

Awalnya Nayoung memang ingin beristirahat, namun tubuh dan pikirannya tidak mau sinkron. Matanya tidak bisa dipejamkan. Ia menghabiskan setengah jam penuh hanya untuk membolak-balikan dirinya di atas tempat tidur dan tidak berhasil. Padahal kasur yang ditidurinya sekarang kelewat empuk dan nyaman. Pada akhirnya, kedua tungkainya justru menjuntai di sisi ranjang untuk kemudian melangkah keluar kamar.

Dengan langkah perlahan ia menuruni tangga dan memastikan sambil berharap semoga Sehun tidak ada di situ, tapi tepat saat itu juga, Nayoung menangkap sosok Sehun sedang duduk di atas sofa sambil menonton TV. Ia baru saja hendak melangkah kembali ke atas ketika tiba-tiba Sehun menyuarakan namanya.

“Nayoung? Apa yang kau lakukan di sana?” Sang empunya nama dengan hati-hati membalikkan tubuhnya. “Tidak, aku hanya tidak bisa tidur jadi kupikir lebih baik untuk berkeliling. Maaf kalau aku mengganggumu,” dusta Nayoung lancar.

“Apa yang kau katakan? Kau tidak mnggangguku sama sekali. Kemarilah,” timpal Sehun sembari menepuk spasi sofa yang kosong di sebelahnya.

Gerakan Nayoung terlampau canggung untuk bisa disebut sebagai berjalan. Ketika sampai di depan Sehun, dirinya tidak lantas duduk. Dia hanya mengerjap beberapa kali karena tidak yakin.

“Ya Tuhan, apa perlu kuajari cara duduk?,” sarkas Sehun, namun matanya memicing kemudian menatap Nayoung penuh selidik dari ujung kepala hingga kaki, “jangan-jangan kau bisulan, ya?”

“Enak saja!” sergah Nayoung tidak terima. Sehun hanya terkekeh saat akhirnya Nayoung mendaratkan bokongnya di sampingnya. Si gadis hanya mengutuk Sehun di dalam hati karena sudah mengatainya bisulan. Lihat saja nanti jika Sehun bisulan sungguhan, Nayoung akan menjadi orang pertama yang mengolok hidup pria itu.

“Kau ingin nonton film apa?” tanya Sehun tanpa mengalihkan pandangannya dari TV LED yang terlihat sangat mahal itu. Menurut Nayoung, layarnya terlampau tipis untuk bisa disebut sebagai TV.

“Bagaimana kalau horor?”

Sehun menatap Nayoung tidak percaya. “Seleramu tidak ada yang lebih baik, ya? Apapun saja selain horor.”

Nayoung menyipitkan kedua matanya. Ia mencondongkan tubuhnya ke arah Sehun sambil mengacungkan telunjuknya di depan hidung mancung pria itu. “Jangan-jangan kau takut film horor, ya?”

What?! Tentu saja tidak! Baiklah kalau kau ingin nonton film dengan genre tidak bermutu itu.” Sehun akhirnya melangkah turun dari sofa kemudian berjongkok di bawah TV lalu memilih beberapa DVD film horor dan memasukkan salah satunya ke dalam DVD player.

Nayoung memekik antusias ketika judul film muncul di layar kaca. Film keluaran terbaru yang belum sempat Nayoung tonton. Sementara Sehun duduk di sampingnya dengan sikap pura-pura tenang.

****

Satu setengah jam berlalu dan beberapa kali Sehun tersentak karena terkejut. Sedangkan Nayoung malah semakin asyik memfokuskan diri pada film yang sedang diputar.

Tiba-tiba Nayoung menarik-narik lengan kaus polo Sehun. “Kau harus lihat bagian ini. Di sini pembunuhnya akan menunjukkan wajahnya.”

Susah payah Sehun menelan salivanya. “A-apa?” Sehun terlalu gengsi untuk menutup kedua matanya. Ia malah sok memberanikan diri dan terus menonton. Wajahnya terus ia usahakan agar tetap datar hingga pada akhirnya bagian film yang dimaksud Nayoung muncul.

EOMMAA!” bariton Sehun menggelegar. Pria itu refleks memeluk Nayoung dan menyembunyikan kepalanya di ceruk leher gadis itu.

Tidak selang berapa lama, Nayoung justru tertawa terbahak-bahak. Gadis itu bahkan sampai terjungkal sambil memeluk perutnya, namun tidak berhenti tertawa.

“Ternyata benar kau takut film horor. HAHAHAHA…”

Sehun buru-buru melepaskan pelukannya lalu mencibir. “Aku tidak takut. Hanya terkejut.”

“Ya, ya, terserahlah. Tenang saja, rahasiamu aman denganku, Tuan Penakut.” Sehun hanya memutar bola matanya malas.

“Sepertinya cukup sampai di sini saja film untuk hari ini,” lanjut Nayoung. Sang gadis lalu membenarkan posisi duduknya lantas berkata, “Bagaimana kalau kita bermain?”

Sang lawan bicara mengerutkan kening. Nayoung yang seolah bisa membaca pikiran Sehun pun melanjutkan kalimatnya. “Ini mudah, hanya seperti truth or dare, tapi tanpa dare.”

“Apa serunya truth or dare tanpa dare?

“Mau bermain atau tidak?”

“Baiklah.”

“Aku akan mulai kalau begitu. Apa makanan favoritmu?”

“Aku suka semua makanan yang tidak bersayur.”

Nayoung mendengus geli.

Kekanakan sekali.

“Baiklah, giliranmu.”

“Bagiamana denganmu? Apa makanan favoritmu?”

“Aku pemakan segala.”

“Tidak heran.”

Ya! Apa maksudmu?!” Nayoung tidak terima. Pernyataan Sehun secara tidak langsung menghina harga dirinya dan seolah menegaskan bahwa Nayoung adalah binatang pemakan segala.

“Tidak, bukan apa-apa. Jadi, apa warna kesukaanmu?” Gadis itu hanya bisa menyumpahi Sehun dalam hati karena berusaha mengalihkan topik pembicaraan lantaran terlalu malas berargumen dengan pria itu sekarang.

“Aku tidak memiliki warna tertentu yang kusuka. Aku suka warna apa saja tergantung moodku. Bagaimana dengan milikmu?”

“Hitam dan putih.”

“Klasik.”

Sehun terlihat berpikir sebelum mengajukan pertanyaan, tapi akhirnya ia utarakan. Ia menatap Nayoung dengan intens sambil sesekali memiringkan sedikit kepalanya. Yang dijadikan bahan tatapan justru merasa risih lantas bertanya, “Apa yang kau lihat?!”

“Tidak ada. Aku hanya sangat penasaran dengan hal ini,” Sehun mengambil jeda sebelum pertanyaannya yang sebenarnya keluar, “apa ciuman pertamamu adalah saat hari pernikahan kita?”

Seluruh wajah Nayoung terasa memanas seketika. Bahkan ia setengah yakin kalau kedua pipinya sudah mulai bersemu merah. “T-tentu saja bukan!”

Sehun bersedekap. Ia bisa melihat dengan jelas kalau gadis di sampingnya kini jelas-jelas sedang berbohong. “Kau berbohong.”

“Aku ti—”

Seluruh tubuh Nayoung membeku sekon itu juga. Ia merasa seakan hilang kendali atas seluruh tubuhnya. Sehun menciumnya. Pria itu bahkan sesekali melumat bibirnya dan menaruh tangannya di belakang tengkuk sang gadis. Nayoung tidak tahu harus merespon apa. Ia bahkan sempat berpikir untuk memukul Sehun dengan bantal sofa, tapi hati nuraninya memperingatkannya.

Saat Nayoung mulai kehabisan pasokan oksigen, Sehun melepas tautan mereka lantas ikut menyelaraskan napasnya yang berpacu.

“Itu untuk mengganti ciuman pertamamu.”

Nayoung masih ingat betul dengan bagaimana mereka berciuma di depan altar hari itu. Ia seperti mencium patung lilin kala itu. Sehun pikir ciuman pertama Nayoung seharusnya lebih bagus dari waktu pernikahan mereka dan Sehun bisa melakukan bahkan jauh lebih bagus dari barusan, tapi kalau ia realisasikan, bisa-bisa dirinya malah jadi korban kekerasan Nayoung lagi. Mengingat gadis itu sedikit…agresif.

“Dasar menyebalkan.” Hanya itu kalimat yang keluar dari kedua bibir Nayoung. Gadis itu lantas beranjak dari tempatnya karena merasa posisinya saat ini sedang terancam jika dekat-dekat dengan Sehun.

Dengan langkah sedikit dihentak, sang gadis langsung masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu kamar rapat-rapat. Hal yang barusan terjadi sama sekli tidak terlintas di otaknya akan Sehun lakukan. Dia langsung masuk ke dalma selimut. Menggelung di dalam sana dan mengubur wajahnya dalam-dalam karena ia masih bisa merasakan wajahnya merona hingga sekarang.

Tidak lama kemudian, kantuk justru menderanya. Matanya mulai terasa berat. Ditambah lagi dengan kapal Sehun atau apa pun nama benda ini berjalan dengan gerakan yang sedikit terayun. Membuat Nayoung semakin tergoda untuk tidur dan tidak membutuhkan waktu lama bagi Nayoung untuk terlelap.

****

Tiga jam kemudian dirinya terbangun ketika jarum pendek jam menunjuk angka tiga. Yang pertama kali ia lakukan setelah bagun adalah memastikan kalau Sehun tidak sedang berada dalam radius dekat dan untungnya tidak ada.

Beberapa kali ia mengayunkan kakinya di pinggiran ranjang sebelum akhirnya memutuskan untuk turun dan perhatiannya terfokus pada balkon kamar yang seolah memanggilnya.

Dari balkon kamar, Nayoung bisa melihat hamparan laut yang luas di depan matanya. Ia memejamkan kedua matanya dan menghirup udara laut dalam-dalam. Semilir angin ia biarkan menerpa surainya. Rungunya bisa menangkap bunyi deru ombak yang memecah mulut kapal.

Lalu tiba-tiba ia teringat Sehun pernah mengatakan kalau di lantai teratas ada kolam renang. Berhubung kepalanya sudah memanas, Nayoung rasa tidak ada salahnya jika ia menyeburkan diri ke dalam air kolam sebentar saja. Dia lantas berderap ke dalam walk in closet kecil yang ada di dalam kamar. Ternyata benar apa kata Sehun. Semua kebutuhannya sudah berada di dalam sini.

Ia penasaran apa baju renang juga disiapkan. Kedua matanya justru membola ketika menemuka sepasang bikini putih yang sempat Jieun selundupkan untuknya. Dia tidak pernah membawa benda itu, jadi bagaimana sepasang bikini itu sampai ke sini masih menjadi misteri bagi Nayoung. Sialnya, ia tidak menemukan pakaian lain selain dua potong kain itu untuk berenang.

Dirinya sempat mencurigai Sehun sebagai oknum yang menyelundupkan bikininya ke sini. Pria itu mungkin terlihat dingin dari luar, namun bisa bersikap mesum jika diperlukan. Kalau sampai terbukti benar, Nayoung benar-benar akan menjatuhkan Sehun dari kapal.

Nayoung tahu ia tidak punya pilihan lain setelah mendesahkan napasnya dengan berat.

****

Nayoung naik ke atas dengan bathrobe yang ia balut untuk menutupi tubuhnya. Kolam renang berukuran sedang itu ditutupi oleh kanopi sehingga ia tidak akan terpapar sinar matahari secara langsung.

Ditanggalkannya bathrobe yang ia kenakan lalu ia sampirkan pada sandaran kursi di pinggir kolam. Air kolam terasa begitu menyejukkan ketika menyentuh kulit Nayoung. Dulu ketika ia masih kecil dia ingat sering pergi diam-diam ke laut untuk berenang. Sebagian besar alasannya adalah untuk menghindari sang ayah.

Dia baru saja hendak kembali melanjutkan acara berenangnya ketika menyadari kalau Sehun sedang memerhatikannya dari ambang pintu kaca. Entah sudah berapa lama pria itu bersandar di sana dengan tampang menyebalkannya itu dan kedua tangan masuk ke dalam saku celananya.

Melihat wajah Oh-sialan-Sehun entah kenapa membuat mood Nayoung untuk kembali berenang hancur seketika. Gadis itu memilih untuk naik dari kolam, dan yang membuatnya lebih sial adalah kursi tempat ia menyampirkan bathrobe tadi hanya berjarak tidak lebih dari satu meter dari tempat Sehun berdiri sekarang. Mau tidak mau Nayoung harus berderap ke arah Sehun untuk mengambil bathrobenya.

Sehun hanya mengamati Nayoung dari kejauhan ketika sang gadis dengan langkah perlahan tapi pasti mulai mendekat ke arahnya. Otak pria Sehun sudah membunyikan alarm sewaktu Nayoung keluar dari kolam tadi dan ia menyadari kalau istrinya hanya terbalut sepasang bikini putih yang sepertinya memang tidak didesain untuk menutupi kulit.

Nayoung menyentak kasar bathrobe dari kursi di depan Sehun lalu secepat kilat mengenakannya. Kedua tangannya bersedekap.

“Sejak kapan kau di sini?”

Pria itu terlihat sedang berpura-pura berpikir. “Em…Sejak setengah jam yang lalu mungkin?”

Setengah jam?!

Pria itu memerhatikannya selama setengah jam penuh?!

“Omong-omong, kemampuan berenangmu lumayan juga,” sanggah Sehun.

“Aku sering berenang di laut saat masih kecil. Untuk menghindari ayahku. Ya, begitulah,” balas Nayoung tak acuh sambil mengedikkan bahu lalu berjalan melewati Sehun yang dengan refleks memiringkan tubuhnya untuk memberi Nayoung jalan.

Sementara pria itu menautkan alisnya. Ia baru sadar kalau selama ini Nayoung elum pernah menyebutkan sama sekali tentang ayahnya. Memutuskan untuk bertanya pada Nayoung di lain waktu, ia pun mengikuti jejak Nayoung yang agaknya sudah berada di dalam kamar. Ketika Sehun masuk ke dalam kamar, sekon itu juga Nayoung menutup pintu kamar mandi dan tidak lama setelahnya, Sehun bisa mendengar air pancuran mengucur dari dalam sana.

Setelah menunggu selama lima belas menit di atas ranjang, Nayoung keluar dari kamar mandi dengan hotpants dan kaus putih tipis yang sedikit menerawang. Kalau begini terus caranya, Sehun rasa dirinya bisa kehilangan kendali.

Pria itu berdeham ketika Nayoung berjalan melaluinya sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“Jangan ke lantai tiga sebelum pukul tujuh malam.”

Alis Nayoung terangkat sebelah. “Kenapa?”

Sehun tidak menjawab. Pria itu justru bangkit dari ranjang dan berjalan ke arah pintu. Tepat sebelum Sehun melangkah keluar dari kamar, ia membalikkan tubuhnya lantas berkata, “Dan jangan lupa untuk bersiap-siap. Aku akan menjemputmu di kamar pukul tujuh tepat. Gunakan salah satu gaun yang ada di dalam lemari.” Nayoung baru saja hendak bertanya ketika Sehun menutup pintu dan meninggalkannya dengan ekspresi “Apa maksudmu?”

Gadis itu hanya bisa mendengus kesal karena Sehun tidak menjawab pertanyaannya. Nayoung melirik sekilas jam dinding yang menempel di dinding seberang ranjang. Masih pukul empat. Dia masih punya waktu tiga jam untuk apa pun yang Sehun rencanakan untuknya. Semoga saja bukan salah satu dari sekian banyak kejahilan seorang Oh Sehun. Awas saja kalau pria itu berani macam-macam dengannya.

TBC

A/N:

Siapa yang kangen SeNa couple? (gak ada /plak/) Aku  kaget ternyata masih ada yang baca cerita ini. Vi jadi makin terhura :” neomu neomu kamsahaeyo…

Btw, Sehun ultah gais! Jangan baca ke bawah kalo ga tahan karena mungkin terlalu panjang dan persentase memicu gumohnya sebesar 99,999%.

Saengilchukhahae uri Sehun-ie. Semoga di umur yang lebih dewasa ini, Sehun jangan nambah ganteng lagi karena Vi bisa ambyar lalu mens dari hidung. Don’t mind others’ useless judgements about you because you know what you’re capable of and I don’t have hasitation towards your talents and abilities. You’ve improved alot, Sehun. I mean it, really. Seing you happy, oddly makes me happy too. So, please, keep being healthy and happy. Don’t bother about our happiness too much. We (EXO-L), as your supporters, of course want you to be always at the best state of your condition, both mentally and phisically..

I realise that this moment won’t last forever and I just want to cherish it at this point of second until whenever it can last. It seems just yesterday when you had the same height as Kyungsoo (HAHAHAHA) and geez…look at you now. You’ve became a man and I also realise that soon, you will meet your partner who you will share your life with. I, as a fan, cannot be selfish and all I can do for you is support everything that you do (as long as if they are positive things). Prove it that you are capable of doing amazing things because EXO-L have trust in you and you know EXO-L very well, don’t you? And also please take care of your hyungs. They can be a little….concerning sometimes :v.

To the one and only, magnae of EXO, Oh Sehun.

Bikos Vi baik, ada bonus foto manusia pangsit ini buat kalian. Awas meler.

Btw, the next part will be protected. Cara minta pw bisa dibuka dan dibaca di page How To Get Password?

lsls

Cr pict. Hyper beat, Iridescent, aiolos

Best regards,

Vi

14 thoughts on “The Lost and Love [FILE 10]

  1. Aduhhh aku senang. Hehehehehe. Mereka makin deket aja yaa. Aku berharap nya setelah liburan ini mereka bisa makin deket dan romantis. Hahahaha. Itu sehun mau ngapain? Ngasih surprise??

    Komen aku di part sebelumnya kayaknya engga masuk ya kak. Soalnya pas aku mau komen di part sebelumnya sinyal aku tiba2 hilang. Maaf yaa kak(aduh aku curhat)hehehe

    Ditunggu kelanjutannya kak,keep writing and fighting!!!

    Liked by 1 person

  2. Gak bs vi aku ud mimisan dluan liat fto sehun yg dibwh.. wkwkwkw
    Uri maknae ud besar skrg jd pria tulen (lah dlu apa?wkwk) dlu msi cute2 banget skrg ud maskulin walopun kdg sisi cuteny keluar..wkwkwk
    Makasih vi mau dilanjutin ff nya..aku trharu juga..plakk #biasadiphp-inauthorfflain wkwkwk

    Liked by 1 person

  3. ” Izinkan aku untuk memperbaiki semuanya.”
    Entah kenapa aku suka bagian itu, kelihatannya Sehun benar-benar sudah jatuh cinta sama Nayoung 🙂
    Gak bisa bayangin gimana mewahnya itu yacht pribadi Sehun, ada kolam renangnya juga wuah 😀 Duitnya banyak amat.
    Apa Sehun mau ngasih kejutan buat Nayoung?

    Like

Leave a comment